Beberapa hari yang lalu, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Direktorat Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru meluncurkan webinar yang mengangkat topik penting, yaitu Satuan Pendidikan Aman Bencana. Kegiatan ini, yang bekerja sama dengan PLAN, merupakan Webinar Seri Pertama yang bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana di lingkungan sekolah. Tema yang diusung adalah “Guru Hebat, Garda Terdepan Kesiapsiagaan dan Mitigasi di Sekolah.” Untuk lebih lanjut tentang peran guru sebagai garda terdepan dalam kesiapsiagaan bencana, Anda bisa membaca lebih lanjut di Guru sebagai Garda Terdepan Kesiapsiagaan.
Dengan tujuan yang mulia, program ini berfokus pada bagaimana guru dapat memainkan peran vital dalam mempersiapkan sekolah untuk menghadapi bencana, sekaligus memperkuat sistem mitigasi dan penanggulangan risiko bencana. Dirjen GTKPG, Ibu Nunuk Suryani, menegaskan betapa pentingnya kesiapsiagaan bencana di lingkungan pendidikan. Temukan informasi lebih lanjut mengenai kesiapsiagaan bencana di sekolah di Kesiapsiagaan Bencana di Sekolah.
Guru: Garda Terdepan dalam Kesiapsiagaan Bencana
Menurut Nunuk Suryani, guru adalah garda terdepan dalam kesiapsiagaan bencana di sekolah. Tak hanya sebagai pendidik, guru juga berperan dalam membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapi situasi darurat. Beliau mengatakan, “Sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi juga ruang untuk membangun karakter dan keterampilan hidup, termasuk kesiapan menghadapi situasi darurat.” Guru memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik dan menyiapkan generasi muda untuk menghadapi risiko bencana, dari sebelum, selama, hingga setelah bencana terjadi. Untuk lebih mendalam mengenai peran guru dalam mitigasi bencana, kunjungi Mitigasi Bencana di Sekolah.
3 Peran Utama Guru dalam Satuan Pendidikan Aman Bencana
Dalam program ini, guru tidak hanya bertindak sebagai pendidik biasa. Mereka berperan aktif dalam mengurangi risiko bencana melalui tiga peran utama, yaitu Activator, Collaborator, dan Culture Builder. Lihat lebih lanjut tentang peran guru dalam kesiapsiagaan bencana di Peran Guru dalam Kesiapsiagaan Bencana.
1. Guru sebagai Activator
Sebagai Activator, guru memiliki tugas untuk mengajak siswa mengidentifikasi potensi bahaya yang ada di sekolah. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Identifikasi bangunan rawan: Guru bersama siswa mencari titik-titik yang rawan bencana, seperti bangunan yang tidak aman atau fasilitas yang dapat membahayakan.
- Latihan evakuasi: Guru mengajak siswa untuk melakukan latihan evakuasi darurat dan menyusun rencana aksi untuk mengurangi risiko bencana.
- Pelatihan pertolongan pertama: Mengajarkan dasar-dasar pertolongan pertama dan cara bertindak dalam situasi darurat.
2. Guru sebagai Collaborator
Sebagai Collaborator, guru bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memastikan kesiapsiagaan bencana berjalan lancar. Beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh guru sebagai kolaborator antara lain:
- Berkolaborasi dengan siswa untuk menyusun prosedur tanggap darurat.
- Melibatkan orang tua untuk mendukung program kesiapsiagaan di sekolah.
- Kerja sama dengan komunitas dan lembaga terkait, seperti PMI, Damkar, atau organisasi lain yang dapat membantu dalam kesiapsiagaan bencana.
- Menggandeng media dan lembaga usaha untuk memperkuat pesan kesiapsiagaan bencana di lingkungan sekolah.
3. Guru sebagai Culture Builder
Sebagai Culture Builder, guru bertugas untuk menanamkan budaya keselamatan dan kesiapsiagaan bencana dalam kegiatan sekolah sehari-hari. Beberapa inisiatif yang dapat dilakukan adalah:
- Mengintegrasikan kesiapsiagaan bencana dalam kegiatan rutin sekolah, seperti Pramuka, olahraga, atau proyek bersama.
- Penyediaan fasilitas minimum seperti kotak P3K, alat pemadam api ringan (APAR), dan alat lainnya untuk penanganan bencana.
- Mendorong kegiatan peer educator atau kampanye yang dipimpin oleh siswa untuk memperkuat budaya keselamatan di sekolah.
Tata Kerja Guru dalam Kesiapsiagaan Bencana
Tugas guru dalam kesiapsiagaan bencana tidak hanya terbatas pada teori, tetapi juga mencakup penerapan yang langsung di lapangan. Guru berperan aktif dalam setiap tahap: sebelum, selama, dan setelah bencana.
Sebelum Bencana
Sebelum bencana datang, guru memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa fasilitas sekolah aman dan siap menghadapi situasi darurat. Ini mencakup penyusunan rencana evakuasi, pemeriksaan infrastruktur, dan edukasi kepada siswa mengenai prosedur tanggap darurat.
Selama Bencana
Saat bencana terjadi, guru berperan sebagai pengarah. Mereka memastikan ketertiban di sekolah dan mengarahkan siswa untuk melakukan evakuasi ke titik aman yang telah ditentukan. Selain itu, guru juga memberikan dukungan psikososial kepada siswa agar mereka tetap tenang dan tidak panik. Setelah situasi lebih terkendali, guru segera berkoordinasi dengan pihak berwenang seperti tim penyelamat, petugas kesehatan, dan orang tua siswa untuk memastikan keselamatan semua pihak.
Setelah Bencana
Setelah bencana, guru juga memiliki peran penting dalam proses pemulihan, baik secara emosional maupun psikososial. Guru harus menyesuaikan metode pengajaran agar sesuai dengan kondisi murid pasca-bencana, sekaligus membantu mereka dalam menanggulangi trauma.
Kesimpulan
Guru bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pahlawan yang menjaga keselamatan dan kesejahteraan siswa. Melalui peran mereka sebagai Activator, Collaborator, dan Culture Builder, guru membantu menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan siap menghadapi bencana. Dengan adanya program seperti Satuan Pendidikan Aman Bencana, diharapkan kesiapsiagaan bencana di sekolah bisa lebih optimal, sehingga generasi penerus dapat tumbuh dengan pengetahuan yang mumpuni untuk menghadapi tantangan bencana yang mungkin terjadi.
Semoga dengan peningkatan kesiapsiagaan bencana ini, kita semua dapat lebih siap menghadapi risiko bencana, menjaga keselamatan, dan memulihkan kembali lingkungan pendidikan yang terkena dampak. Untuk lebih banyak berita terkait kesiapsiagaan bencana dan pendidikan, kunjungi Kategori News Puyuh Kuayan.